2 Lapangan Sepakbola Peninggalan Hindia Belanda
|
Pada abad ke-19 di Indonesia, orang Belanda baik yang keturunan Indo maupun Belanda asli, dikenal sebagai kaum yang gila bola. Bahkan setiap daerah di Jakarta saat itu, memiliki sebuah klub sepakbola lengkap dengan markas berupa stadion. Liga sepakbola dan kompetisi antar daerah pun mulai digulirkan hanya sekitar Jakarta.
Sebagai contoh klub sepakbola yang ada antara lain Voetbalbond Indische Omstreken Sport atau VIOS yang bermarkas di Viosveld (Taman Menteng). Kemudian ada VIJ (Voetbalbond Indonesish Jakarta) yang merupakan cikal bakal Persija dan bermarkas di Petojo. Selanjutnya ada Union Makes Strength (UMS) di Petak Singkian, Mangga Besar, Hercules yang saat itu bermarkas di Monas dan klub-klub bola lainnya.
Seiring perjalanan waktu, beberapa klub telah membekukan diri, bahkan stadion yang menjadi markas mereka pun telah berubah fungsi. Seperti markas VIOS di Menteng saat ini telah menjadi Taman Bermain Menteng. Serupa dengan VIOS, markas Hercules yang berada di depan Monas telah beralih fungsi. Tapi di sisi lain, masih ada beberapa stadion yang masih kokoh.
Beberapa stadion yang masih berfungsi ialah stadion di Petak Sinkian yang berada di Jl Mangga Besar, Tamansari, Jakarta Barat. Stadion yang menjadi markas yang dulu pernah mengantar kejayaan klub UMS dan Chung Hua pada tahun 1905 ini masih berfungsi. Bahkan klub legendaris yang mayoritas pemainnya warga keturunan Tionghoa ini masih bertahan.
Menurut Buyung, salah satu pengurus lapangan Petak Sinkian, lapangan tersebut didirikan pada tahun 1905. Meski demikian kondisi lapangan rumput yang telah berusia lebih dari 100 tahun ini tampak masih asri dan terurus. "Lapangan ini masih digunakan untuk berlatih sepakbola, jadi perawatan terus dilakukan," ujar Buyung, Senin (26/10).
Lapangan Petak Sinkian diberi pembatas pagar beton. Kemudian Pada pinggir lapangan terdapat fasilitas tempat duduk VIP dan festival yang keseluruhan cukup memuat penonton kurang lebih 100 orang. Di bagian utara lapangan, terdapat papan skor dengan nama klub UMS lengkap dengan tahun pembuatan lapangan, yakni tahun 1905.
Dengan pemeliharaan yang baik, meski usianya lebih dari 100 tahun, stadion Petak Sinkian masih terlihat apik. "Sebagai lapangan yang bersejarah, kita akan terus merawatnya. Jadi nggak heran jika di lapangan ini pertandingan dan latihan rutin dilakukan," jelas Buyung kepada beritajakarta.com, Senin (26/10).
Stadion bersejarah lainnya yakni stadion VIJ yang berada di Jl Petojo VIY, Jakarta Pusat. Stadion ini pada masa Hindia Belanda dijadikan markas klub Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ) yang didirikan pada tahun 1928, hingga kemudian pada tahun 1950 bernama Persija.
Stadion VIJ menjadi sejarah perjalanan klub sepakbola Jakarta, Persija. Sebelum kemerdekaan, stadion ini didirikan pemuda pribumi untuk menyaingi klub sepakbola Belanda di Indonesia, NIVB. Saat itu NIVB atau Nederlandsch Indie Voetbal Bond yang di bentuk tahun 1918 berdiri beranggotakan warga Belanda yang anti pemain pribumi.
Merasa didiskriminasikan, sejumlah pemuda Indonesia mendirikan VIJ dengan bermarkas di Petojo pada tahun 1928. Karena menjadi tempat latihan klub VIJ maka lapangan ini diberi nama lapangan bola VIJ, dan Jl Petojo yang berada di sekitar lapangan mendapat imbuhan nama menjadi Jl Petojo VIJ dan Jl Petojo VIY, Jakarta Pusat.
Pada tahun 1950, VIJ resmi bernama Persija dan markaspun pindah ke lapangan Menteng, Jakarta. Sedangkan lapangan VIJ tetap berdiri sebagai sarana olahraga masyarakat sekitar. " Hingga pada tahun 1980 lapangan ini dipugar hingga menjadi stadion. Kepemilikannya pun diserahkan kepada Pemda DKI," kata Marlan, salah seorang pengelola lapangan.
Menurut Marlan, stadion VIJ memiliki luas lapangan dengan panjang 110 meter dan lebar 70 meter. Adapun fasilitas yang tersedia selain lapangan sepakbola adalah ruang ganti pemain dan kursi penonton dengan kapasitas kurang lebih 500 orang. Uniknya bagian selatan dinding pagar, berbatasan langsung dengan bangunan rumah penduduk.
Kondisi lapangan VIJ saat ini masih terlihat apik. Meski beberapa rumput di lapangan terlihat gundul namun fasilitas yang ada cukup mendukung. "Dulu saat pemerintahan Belanda, lapangan ini hanya berupa tanah lapang berumput yang menjadi markas klub VIJ. Tahun 1980, lapangan mengalami pemugaran hingga saat ini pengelolaan langsung di bawah tanggung jawab Pemda DKI," terang Marlan.
Stadion Petak Sinkian dan VIJ menjadi bukti jika olahraga sepakbola sudah digemari pada awal abad ke-19. Stadion tersebut telah menjadi bukti perjalanan sejarah maraknya persepakbolaan pada masa penjajahan Belanda. Maka tak heran, perawatan stadion yang masuk katagori kuno tetap terus berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar